Pages

Labels

Blogroll

Kelenteng Talang Dalam Sejarah Cirebon

Selaku kota pelabuhan dagang yang banyak disinggahi pedagang asing, Kota Cirebon tak bakal terlepas terima kehadiran orang-orang luar termasuk juga orang-orang Tionghoa. Di Cirebon orang-orang Tionghoa terlihat telah mulai sejak lama datang serta setelah itu bermukim. Semacam orang-orang yang memiliki kekhasan dalam system religi, mereka membutuhkan tempat peribadatan sesuai sama agama yang mereka anut. Di Cirebon ada berbagai kelenteng semacam tempat peribadatan orang-orang Tionghoa penganut Buddhis, salah satunya ialah Kelenteng Talang. Kelenteng ini ada di Jl. Talang No. 2 yang dengan cara administratif ada di lokasi Kampung Keprabon RT 03 RW 02, Kelurahan Lemah Wungkuk, Kecamatan Lemah Wungkuk. Tempat yang tepatnya ada pada koordinat 06º 43‘ 195“ Lintang Selatan serta 108º 34‘ 165 “ Bujur Timur ini, ada pada lingkungan pemukiman padat. Batas samping utara kelenteng ialah rumah duka serta toko, samping timur ialah Jl Talang, Pabrik Rokok BAT, serta pertokoan, samping selatan Pabrik bohlam PT. NIRI serta Pabrik karet, dan samping barat berbatasan dengan Rumah masyarakat serta SMPN 15.

Kelenteng Talang menghadap ke arah timur, di bangun diatas tempat yang luas keseluruhannya 400 m2. Untuk masuk kelenteng lewat gerbang dengan dua daun pintu kayu. Atap pintu berupa atap pelana atau kapal terbalik. Di halaman kelenteng ini tak didapati tempat pembakaran seperti kelenteng yang lain. Lantai halaman ini memakai tegel abu-abu yang telah hancur. Menurut pembicaraan Ayah Sujito halaman ini dulu bertegel warna merah.

Sisi depan kelenteng ialah sisi pendopo. Konstruksi atap pendopo disangga enam tiang. Lantai pendopo berbahan tegel berwarna merah dengan ukuran 40 x 40 cm. Plafon ruangan serambi dari kayu jati, di kiri kanan ruangan serambi ini ada kamar semasing digunakan untuk gudang. Diantara ruangan serambi serta halaman terbuka, di bagian atapnya ada ukiran krawangan motif flora serta fauna.

Menuju ke ruangan paling utama lewat halaman terbuka, serta ruangan paling utama posisinya lebih tinggi. Ruangan paling utama ini berbentuk bangunan terbuka. Dibagian depan ada genta serta kilin (patung singa) terbuat berbahan batu pasir arkose amat padu. Atap ruangan paling utama disangga enam tiang warna merah polos. Dua umpak di depan berbentuk batu andesit bulat polos. Lantai di ruangan paling utama berbentuk tegel warna merah dengan ukuran 40 x 40 cm. Kuda-kuda berhias ukiran motif flora serta fauna menguasai warna hijau. Altar paling utama di ruangan ini terbuat berbahan kayu jati. Altar itu adalah tempat persembahyangan pada Kong Hu Chu. Di samping kiri Kong Hu Chu ada dewa Tam San Chai serta di samping kanan ada leluhur.

Diatas altar paling utama ada prasasti berbahan kayu berhuruf Cina, jika ditranslate dengan cara bebas diisi “Cinta Rakyat Ketentuan Pemerintah ialah kebaikan”. Masih tetap dari ruangan paling utama sisi kanan ada prasasti terbuat dari kayu warna hitam berhuruf Cina yang berisi perihal daftar penyandang dana untuk kelenteng. Ukuran prasasti tinggi 316 cm lebar 145 cm. Diantara altar paling utama kiri serta kanan pula ada prasasti berbahan kayu dengan ukuran semasing tinggi 207 cm lebar 70 cm yang pula diisi perihal daftar penyandang dana.

Di dinding kanan serta kiri ruangan utana ada pintu menuju ke luar. Pada tanggal 22 Juni 1997 sudah berlangsung rusaknya tembok serambi/batas bangungan anatara bangunan kelenteng dengan bangunan rumah duka yang ada di samping kiri selama 13 m. Rusaknya dinding ini sampai saat ini belum diperbaiki.

Kelenteng Talang menurut narasi Pak Sujito atau Ang Ci Tek (42 th.), di bangun oleh Tan Sam Chai atau H. Moh. Syafei pada th. 1450. H. Muhamad Syafei ini awalannya ialah seseorang saudagar dari daratan Cina yang mengadakan pelayaran sampai mendarat di Pantai Utara Cirebon. Masih tetap menurut pembicaraan Ayah Sujito, dulu kelenteng ini berperan semacam mesjid serta digunakan semacam tempat peristirahatan untuk saudagar-saudagar yang datang dari tempat jauh. H. Muhamad Syafei ini lantaran kepandainnya lalu diangkat semacam Menteri Keuangan dari Kesultanan Kanoman serta menikah dengan salah satu putri dari Kanoman. Sesudah menjabat semacam Menteri ia di beri gelar Tumenggung Aria Dipacula. Makam H. Muhamad Syafei atau Tumenggung Aria Dipacula saat ini masih tetap dipelihara serta adalah benda cagar budaya.

Lantaran muslim Tionghoa makin berkembang, jadi tempat beribadah mereka dipindahkan ke Desa Sembung. Sesaat bangunan yang ditinggalkan ini, dengan cara berangsur-angsur berpindah manfaat jadi fasilitas ibadat pengikut ajaran Khong Hu Chu.

Kata “Talang” yang jadikan nama kelenteng ini, menurut bhs Cina, datang dari kata toa lang yang bermakna “orang besar” atau “tuan besar”. Sebutan itu ditujukan pada tiga orang laksamana besar utusan Kaisar Ming yang mendarat di Cirebon pada era ke-14. Mereka ialah Chengho (Chenghe), Fa wan (Fa Xien) serta Khung Wu Fung, yang seluruhnya beragama Islam. Sepanjang di Cirebon mereka bangun mesjid serta bangunan lain yang dipakai untuk tempat berkumpul kaun muslim Tionghoa.

Sampai saat ini kelenteng yang dikatakan pula Kelenteng Soeh Boen Pang Gie Soe (Rumah Abu Leluhur) ini belum pernah dipugar. Perbaikan yang pernah dikerjakan diantaranya penggamtian lantai halaman yang awal mulanya ubin terakota memiliki ukuran 40 x 40 cm, jadi ubin PC memiliki ukuran 20 x 20 cm. Saat ini kelenteng ini dikelola oleh Yayasan Bakti yang bergerak di dinding sosial serta keagamaan warga keturunan Cina di Cirebon.

Tempat : Jl. Talang No. 2, Kampung Keprabon RT 03 RW 02, Kelurahan Lemah Wungkuk, Kecamatan Lemah Wungkuk.


 "Happy Car Rental/Happy Rent Car"
( Sewa Mobil Murah Di Cirebon - Rental Mobil Murah Di Cirebon )
PT. Budhi Surya Sejahtera - Pondok Avicenna,
Jl. Taman Pemuda No. 2 Cirebon
Telp. 08156407913 / 081298476511

0 komentar:

Posting Komentar