Sangat mungkin banyak diantara Anda yang belum familiar dengan Kampung Mahmud! Padahal kawasan ini juga tergolong tempat wisata unik yang patut
untuk dikunjungi. Bagi Anda sejarawan, sosiolog atau peminat
perkampungan masa lampau patut menyempatkan diri berada di perkampungan
ini untuk beberapa saat.
Bukan wisata alam atau bangunan-bangunan bersejarah yang ditonjolkan di
Kampung Mahmud ini melainkan kondisi perkampungan yang masyarakatnya
masih memegang kultur dan adat istiadat nenek moyangnya. Yang patut
dipuji keyakinan mereka untuk senantiasa memegang teguh ajaran masa
silamnya itu tak pernah tergoyahkan oleh perubahan zaman yang masif.
Letaknya berada di dekat Sungai Citarum dan agak terpencil sehingga
perkampungan ini sunyi karena terpisah dengan perkampungan lainnya.
Meski begitu masyarakatnya sangat ramah (welcome).
Dalam konteks sejarahnya disebutkan bahwa dimasa dulu ketika penjajah
masih menelikung bangsa ini, konon Kampung Mahmud ini tak pernah
ditemukan oleh penjajah sehingga sering menjadi tempat persembunyian
warga dan pejuang republik. Pendiri Kampung Mahmud yakni Eyang Abdul
Manaf membuat peraturan seperti dilarang membangun gedong atau rumah
permanen di kampung ini, tidak boleh memelihara angsa tidak
diprebolehkan membunyikan gong atau membuat acara musik yang menggunakan
instrumen gong. Aturan tersebut masih dipertahankan hingga kini.
Di Kampung Mahmud ini ada beberapa makam yang dikeramatkan oleh warga
lokal, termasuk makamnya Eyang Abdul Manaf sendiri. Puncak keramaian di
kampung ini terjadi disaat Jumat Kliwon yang mana banyak masyarakat
percaya bahwa roh nenek moyang akan berkumpul dan mengabulkan segala
keinginan/ permohonan. Warga lokal kampung maupun para peziaran yang
banyak datang ke kampong ini menganggap kawasan ini sebagai kampung
keramat dimana segala peraturan-peraturannya mesti dijalankan secara
teguh. Ketika tengah berada di Bandung Anda juga harus menyempatkan diri
berkunjung ke Kampung Mahmud ini.
0 komentar:
Posting Komentar